Selasa, 14 April 2020

Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional


Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional

Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2019
Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di dunia ternyata memiliki berbagai peranan penting di antara negara-negara yang ada di Asia Tenggara. Di antara peranan tersebut yang paling menonjol yakni perkembangan industri manufaktur. Di dalam skala nasional sektor ini memberikan sumbangsih berupa peningkatan perekonomian sebesar 20,27% dengan menggeser peran Commodity Based menjadi Manufacture Based. Hasilnya di Asia Tenggara, Indonesia pun menjadi basis manufaktur terbesar. Angka Manufacturing Value Added (MVA) untuk industri ini juga menduduki posisi paling atas di antara negara-negara ASEAN dengan mencapai nilai sebesar 4,5 %. Dalam lingkup global, manufaktur Indonesia berada di peringkat 9 dari seluruh negara yang ada di dunia. 

Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa industri manufaktur di Indonesia ternyata memiliki kemampuan untuk lebih produktif serta memberikan efek berantai secara luas. 

Dengan adanya peningkatan nilai tambah bahan baku, pertambahan jumlah tenaga kerja, serta tingginya devisa negara dengan mencatatkan pajak dan bea cukai terbesar pun akan terjadi. Hal ini juga didasarkan pada kemampuan beberapa sektor di industri ini yang mempunyai angka persentase kinerja di atas Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional, di antaranya adalah industri logam sebesar 9,94 %, industri tekstil dan pakaian dengan angka 7,53 %, serta industri alat angkutan sebesar 6,33 %. Tidak hanya itu, kemampuan daya beli masyarakat terhadap beragam macam produk yang ditawarkan pun semakin meningkat dari waktu ke waktu sehingga proses produksi pun dapat terus berjalan dan mengalami peningkatan sesuai dengan permintaan. 

Situasi ini pun didukung oleh negara-negara di ASEAN lainnya, seperti Vietnam dan Filipina. Dengan begini, pertumbuhan ekonomi secara nasional dapat terus didorong dan peningkatan daya saing secara domestik, regional, dan global dapat terus terjadi. Terjadinya perkembangan industri manufaktur di Indonesia disebabkan oleh adanya metode hilirisasi yang diterapkan oleh pemerintah. Hal ini pun patut didukung oleh peningkatan investasi dan kinerja ekspor untuk mempertahankan nilai industri manufaktur. Faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan industri ini adalah sistem perekonomian Indonesia yang terbesar di ASEAN karena posisi Indonesia sendiri berada dalam kelompok One Trillion Dollar Club. Adapun tantangan yang dihadapi yakni perlunya dukungan dari berbagai pihak untuk bekerja sama di antaranya pemerintah, pengusaha, serta masyarakat umum. 
  
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2020
Industri manufaktur Indonesia kembali menunjukkan geliat positif pada Februari 2020. Hal ini tercermin dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dirilis oleh IHS Markit, dengan memperlihatkan kenaikan dari 49,3 pada Januari ke posisi 51,9 pada Februari 2020. 

Peningkatan PMI manufaktur Indonesia tersebut, pertama kalinya pada kondisi bisnis sejak bulan Juni lalu. Poin PMI di atas angka 50 menandakan bahwa sejumlah sektor manufaktur masih melakukan upaya perluasan usaha atau ekspansif. 

“Melalui laporan tersebut, kami optimistis terhadap kepercayaan diri dari para investor di sektor industri yang masih tumbuh. Selain itu, mereka juga melihat bahwa iklim usaha di Indonesia tetap kondusif,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (2/3/2020). 

Menurut data IHS Markit, kenaikan PMI manufaktur Indonesia bulan Februari didorong oleh bisnis baru dan kecepatan ekspansi output. Akibatnya, sejumlah perusahaan menambahkan lebih banyak karyawan dan aktivitas pembelian. Indeks yang dirilis setiap bulan tersebut, memberikan gambaran tentang kinerja industri pengolahan pada suatu negara, yang berasal dari pertanyaan seputar jumlah produksi, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori, dan waktu pengiriman. Survei PMI manufaktur dikompilasi dari respons bulanan terhadap kuesioner yang dikirimkan kepada eksekutif pembelian di lebih dari 300 perusahaan industri yang dibagi dalam delapan kategori, yakni logam dasar, kimia dan plastik, listrik dan optik, makanan dan minuman, teknik mesin, tekstil dan busana, kayu dan kertas, serta transportasi. 

Sebelumnya, Menperin menegaskan, pihaknya meyakini kinerja industri pengolahan nonmigas masih berada pada fase ekspansi pada triwulan I tahun 2020. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis guna memacu sektor manufaktur agar lebih berdaya saing global. Menperin optimistis, apabila jurus jitu tersebut terlaksana dengan baik, target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 5,3% pada tahun 2020 bisa tercapai. Sementara itu, kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap total PDB nasional dibidik hingga 17,8% sepanjang tahun ini. Berikutnya, kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor nasional akan mencapai 72,2% pada tahun 2020.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar