Perkembangan Sektor
Industri Manufaktur Nasional
Perkembangan Sektor
Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2019
Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di dunia
ternyata memiliki berbagai peranan penting di antara negara-negara yang ada di
Asia Tenggara. Di antara peranan tersebut yang paling menonjol yakni
perkembangan industri manufaktur. Di dalam skala nasional sektor ini memberikan
sumbangsih berupa peningkatan perekonomian sebesar 20,27% dengan menggeser
peran Commodity Based menjadi Manufacture Based. Hasilnya
di Asia Tenggara, Indonesia pun menjadi basis manufaktur terbesar. Angka Manufacturing
Value Added (MVA) untuk industri ini juga menduduki posisi paling atas di
antara negara-negara ASEAN dengan mencapai nilai sebesar 4,5 %. Dalam lingkup
global, manufaktur Indonesia berada di peringkat 9 dari seluruh negara yang ada
di dunia.
Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa industri
manufaktur di Indonesia ternyata memiliki kemampuan untuk lebih produktif serta
memberikan efek berantai secara luas.
Dengan adanya peningkatan nilai tambah bahan baku,
pertambahan jumlah tenaga kerja, serta tingginya devisa negara dengan
mencatatkan pajak dan bea cukai terbesar pun akan terjadi. Hal ini juga
didasarkan pada kemampuan beberapa sektor di industri ini yang mempunyai angka
persentase kinerja di atas Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional, di
antaranya adalah industri logam sebesar 9,94 %, industri tekstil dan pakaian
dengan angka 7,53 %, serta industri alat angkutan sebesar 6,33 %. Tidak hanya
itu, kemampuan daya beli masyarakat terhadap beragam macam produk yang
ditawarkan pun semakin meningkat dari waktu ke waktu sehingga proses produksi
pun dapat terus berjalan dan mengalami peningkatan sesuai dengan permintaan.
Situasi ini pun didukung oleh negara-negara di ASEAN lainnya,
seperti Vietnam dan Filipina. Dengan begini, pertumbuhan ekonomi secara
nasional dapat terus didorong dan peningkatan daya saing secara domestik,
regional, dan global dapat terus terjadi. Terjadinya perkembangan industri
manufaktur di Indonesia disebabkan oleh adanya metode hilirisasi yang
diterapkan oleh pemerintah. Hal ini pun patut didukung oleh peningkatan
investasi dan kinerja ekspor untuk mempertahankan nilai industri manufaktur. Faktor
lain yang memengaruhi pertumbuhan industri ini adalah sistem perekonomian
Indonesia yang terbesar di ASEAN karena posisi Indonesia sendiri berada dalam
kelompok One Trillion Dollar Club. Adapun tantangan yang dihadapi yakni
perlunya dukungan dari berbagai pihak untuk bekerja sama di antaranya
pemerintah, pengusaha, serta masyarakat umum.
Perkembangan Sektor
Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2020
Industri manufaktur Indonesia kembali menunjukkan geliat
positif pada Februari 2020. Hal ini tercermin dari capaian Purchasing Managers’
Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dirilis oleh IHS Markit, dengan
memperlihatkan kenaikan dari 49,3 pada Januari ke posisi 51,9 pada Februari
2020.
Peningkatan PMI manufaktur Indonesia tersebut, pertama
kalinya pada kondisi bisnis sejak bulan Juni lalu. Poin PMI di atas angka 50
menandakan bahwa sejumlah sektor manufaktur masih melakukan upaya perluasan
usaha atau ekspansif.
“Melalui laporan tersebut, kami optimistis terhadap
kepercayaan diri dari para investor di sektor industri yang masih tumbuh.
Selain itu, mereka juga melihat bahwa iklim usaha di Indonesia tetap kondusif,”
kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin
(2/3/2020).
Menurut data IHS Markit, kenaikan PMI manufaktur Indonesia
bulan Februari didorong oleh bisnis baru dan kecepatan ekspansi output.
Akibatnya, sejumlah perusahaan menambahkan lebih banyak karyawan dan aktivitas
pembelian. Indeks yang dirilis setiap bulan tersebut, memberikan gambaran
tentang kinerja industri pengolahan pada suatu negara, yang berasal dari
pertanyaan seputar jumlah produksi, permintaan baru, ketenagakerjaan,
inventori, dan waktu pengiriman. Survei PMI manufaktur dikompilasi dari respons
bulanan terhadap kuesioner yang dikirimkan kepada eksekutif pembelian di lebih
dari 300 perusahaan industri yang dibagi dalam delapan kategori, yakni logam
dasar, kimia dan plastik, listrik dan optik, makanan dan minuman, teknik mesin,
tekstil dan busana, kayu dan kertas, serta transportasi.
Sebelumnya, Menperin menegaskan, pihaknya meyakini kinerja
industri pengolahan nonmigas masih berada pada fase ekspansi pada triwulan I
tahun 2020. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis guna memacu
sektor manufaktur agar lebih berdaya saing global. Menperin optimistis, apabila
jurus jitu tersebut terlaksana dengan baik, target pertumbuhan industri
pengolahan nonmigas sebesar 5,3% pada tahun 2020 bisa tercapai. Sementara itu,
kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap total PDB nasional dibidik
hingga 17,8% sepanjang tahun ini. Berikutnya, kontribusi ekspor produk industri
terhadap ekspor nasional akan mencapai 72,2% pada tahun 2020.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar